Dari mulai pemilihan, pelantikan bahkan sekarang sudah officially, orang indonesia yang bernama "jokowi (joko widodo) selalu menjadi topik hangat tidak hanya di media massa, media sosial, kalangan kampus, kalangan ibu-ibu RT, tongkrongan bapak-bapak bahkan kumpulan anak gaul di sevel (7-eleven).
kenyataan ini, semakin membuat diriku tertarik untuk ikut aktif dalam pembicaraan jokowi
dan akhir-akhir ini, jokowi banyak dibicarakan terkait ketidak jelasan dana DP mobil para pejabat, saling melempar siapa yang bertanggungjawab untuk hal ini menjadikan masyarakat semakin gatel untuk bicara blak-blakan tentang kebobrokan kebijakan jokowi.
dan mulailah disini,
aku menulis sebagai bagian interpretasiku sebagai manusia, aku lebih condong untuk tulisan ini tidak ikut nimbrung bicara kritikan, mengkritik tanpa memberi solusi, mengkritik tanpa melihat kemampuan dan kekurangan diri sendiri, mengkritik tanpa mengimbangi dengan prestasi.... aaahhh, layaknya kebanyakan kritikus indonesia. iyoo, opooo iyoo bangettt
kepemimpinan,
pertama adalah perihal kepemimpinan.
setiap yang hidup akan mati, dan setiap yang masih hidup adalah seorang pemimpin.
dan yang membedakan pemimpin adalah perihal ukuran/jumlah dari orang yang dipimpin, terlihat akan sangat beda anak TK (makhluk hidup yang hanya memimpin untuk hidupnya sendiri) dengan jokowi (makhluk hidup yang memimpin jutaan manusia).
apa yang dialami jokowi saat ini,
menjadikan aku superr introspeksi diri bangettt,
bayangkan aja, tiap menit, tiap detik, di media, di jalanan selalu menemui makian, protesan, penolakan bahkan kemarahan. duuuhhhh, jadi mikir bangetttt, beberapa hari ini kadang aku gampang masukin ke hati tiap ada kalimat-kalimat yang menyeran, dan heranya itu bener-bener bikin aku down.... ada orang nggak suka, coment negatif di sosial media, udahan aja aku blokir.. nggak kebayang, di posisi jokowi, butuh waktu berbulan-bulan mungkin untuk lemburan blokir sosmed dari para haters.
alhamdulillah, dapet pelajaran dari Mr. President...
berarti apa yang aku rasain selama ini belumlah seberapa...
ibarat laut, cuman sebutir pasirnya...
berarti pelajaran yang diambil, mumpung aku masih muda, aku harus belajar menghadapi haters...
karena keberhasilan, pujian akan selalu sebanding dengan kebencian dan ke iri an...
kewaspadaan,
kedua adalah perihal kewaspadaan.
begitu terlihat jelas, bahwa di dunia ini kita hidup tidak hanya waspada akan hawa nafsu dan godaan syaitan, juga mereka manusia-manusia yang sudah kerasukan sifat-sifat keangkuhan dan keserakahan syaitan. dalam hidup, tingkat kewaspadaan harus bisa semakin ditingkatkan seiring meningkatnya prestasi dan jabatan. jokowi yang memiliki jabatan tertinggi di negara ini, sunggu sangat banyak di coba dengan godaan-godaan orang-orang di sekelilinginya, dan terlihat tingkat kewaspadaan jokowi yang terlihat tidak setara dengan jabatan yang ia pegang. menjadikan morat-maritnya beberapa kebijakan yang diambilnya.
jadi, malu sama diri sendiri,
yang terkadang, kurang waspada sama godaan-godaan yang aku temui di kejamnya kota jakarta
alhamdulillah, bisa introspeksi diri, untuk sllu menjaga dan meningkatkan kewaspadaan
mari menyiapkan kewaspadaan disamping kerja keras menyiapkan kesuksesan
keberanian,
ketiga adalah soal keberanian.
sikap keberanian jokowi untuk terus maju melangkah, terus fokus terhadap pekerjaanya memberikan pembelajaran sendiri bagiku.
betapa terkadang kala, aku akan memilih mundur, saat sudah tidak terbendung lagi kekuatan hati menerima segala kritikan dan cemoohan. padahal, asalkan niat kita baik, jujur dari hati. meskipun ada beberapa kesalahan, kesalahpahaman, masalah yang muncul, bukan berarti kita harus mundur, tetapi kita harus terus maju untuk memperbaiki dan mengklarifikasi hal itu, dan menunjukkan prestasi.
Hope, everything will be okey
Hope, everything will be okey
Tidak ada komentar:
Posting Komentar