di mata kuliah "hukum perdagangan Multilateral dan Regional" bener-bener bikin ngebuka fikiran saya, banyak bangettt ilmu baru, mindset baru juga pastinya sudut pandang baru dalam memandang suatu masalah terutama yang berkaitan dalam konteks perdagangan, lebih spesifiknya perdagangan internasional.
when my friend (mulkan and mela) present their slide about GATT, saya sangat memperhatikan penuh dengan apa yang mereka sampaikan. sampai pada titik dimana saya bener-bener ingin mendapatkan klarifikasi tentang masalah agriculture yang ada dalam pembahasan GATT.
dalam perdagangan bebas/ liberal (salah satu tujuan dibentuk GATT adalah liberalism in trade) disebutkan bahwa secara tegas dan jelas untuk adanya prinsip non diskriminasi. dimana salah satu aturan untuk prinsip diskriminasi, bahwa pemerintah harus memperlakukan sama antara barang-barang pertanian yang di improt dari negara lain dengan barang-barang dari petani lokal.
artinya, pemerintah pun tidak diperbolehkan untuk memberi subsidi kepada petani lokal, karena hal itu dianggap diskriminasi. namun, tidak disebut aturan jika tidak ada suatu pengecualian. disini, GATT secara jelas menjelaskan tentang beberapa pengecualian, salah satunya perihal subsidi bahwasanya pemerintah boleh memberikan subsidi tetapi dengan cara yang telah ditentukan oleh GATT, salah satunya pemerintah tidak boleh memberikan subsidi dalam bentuk langsung (seperti uang tunai) tapi disini subsidi pemerintah diperbolehkan dalam bentuk penyediaan alat-alat petani baik itu bajak sawah, mesin irigasi dan lain sebagainya.
dan disni, apakah pemerintah indonesia sudah maksimal memberikan subsidi berupa alat-alat pertanian, biar hasil panen petani lokal lebih unggul dan bisa bersaing diperdagangan bebas. saya rasa tidak, bagaimana dengan anda???? hmmm
kemudian masalah BULOG, dalam GATT secara jelas dalam aturan pengecualinya. bahwasanya pemerintah bisa membagikan BULOG kepada warganya sebesar US $ 358 juta, namun kenyataanya, apakah pemerintah indonesia sudah memaksimalkanya. saya kira sama sekali pemberian BULOG itu belum maksimal, mungkin karena pemerintah kurang dana. ya kali, dalam beberapa kesempatan pemerintah mengumbar-umbar omongan untuk memperbaiki nasib petani, tapi apalah itu hanya janji butaaaa.....
tertelisik untuk mengkritik juga peran mentri pertanian. sudah sampai berganti-ganti pimpinan di badan mentri pertanian, tapi sampai saat ini pun perubahan besar belum terasa.
yang ada saat ini, karena rendahnya kinerja pemerintah untuk memakmurkan petani. regenerasi petani semakin berkurang, banyak para petani lebih meninggalkan profesi nya sebagai petani dan lebih prefer untuk pekerjaan lain yang hasilnya lebih jelas, karena selama ini memang jelas yang terjadi bahwa petani hanya dapet rugi (tombok), karena apa, proses dari mulai bibit, menanam, memanen tidak sebanding dengan hasil panenya. ya semuanya tahu, saat panen tiba yang ada harga hasil panen anjlok dan pastinya itu sangat merugikan petani.
dan ironinya, selama ini yang menjadi pekerjaan di kementrian pertanian di indonesia lebih fokus pada bagaimana institusi nya bisa mendapatkan keuntungan, alhasil, mereka hanya terfokus memikirkan cara supaya hasil pertanian bisa mendapatkan nilai jual yang tinggi. padahal, bukanya seharusnya lebih fokus pada bagaimana petani mampu menghasilkan hasil pertanian yang lebih dan hasil pertanian tersebut mampu bersaing dipasar internasional, karena tugas untuk mikirin nilai jual adalah tugas kementrian perdagangan.... disinilah, saya belajar betapa nilai "koordinasi" itu barang mahal di birokrasi Indonesia, yang ada setiap instansi hanya memikirkan keuntungan untuk memperkaya instansinya. padahal hakikat pemerintah adalah memerintah dan memerintah artinya berani menderita.
hmmm.....
rasanya sudah sangat jarang, mungkin hampir sudah tidak ada, karakter dalam jiwa para pemimpin di Indonesia untuk mau menderita. yang ada, mereka mau memerintah karena mereka mau berkuasa, mau memperkaya.
smoga, akan ada suatu saat dimana kita memiliki pemerintah yang tau hakikat memerintah yaitu untuk menderita. dan ditangan kita lah kemungkinan itu terjadi. karena pemimpin masa depan adalah pemuda di masa sekarang.
#mari_berbenah
#mari_menderita
#mari_hidup_sederhana
dan rincian sudut pandang tersebut, memotong persepsi yang keliru di tengah masyarakat. bahwa, bukan lah karena aturan dalam perdangan bebas yang menyengsarakan petani tetapi kekurang optimalan kebijakan pemerintah untuk memakmurkan petani.
wallahua'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar