Senin, 09 Juli 2012

ilmu waris

Fathurrahman, ilmu waris, al-ma’arif, 1971
Ta’rif ilmu faraid : suatu ketentuan, ketetapan pasti, penjelasan, menghalalkan.
Ilmu faraid adalah pengetahuan tentang tata cara perhitungan yang dapat menyamoaikan kepada pembagian harta pusaka dan pengetahuan tentang bagian-bagian yang wajib dari harta peninggalan untuk setiap pemilik hak pusaka.
Rukun2 mempusakai: mauruts, muwarrits(org yng mnggal dunia) dan warits(org yng akn mewarisi).
Mauruts (tirkah) harta peninggalan: apa-apa yang ditinggalkan orang yang meninggal dnia yang dibenarkan oleh syariat intuk dipusakai oleh ahli waris.
Hak-hak yang bersangkutan dengan harta peninggalan: biaya-biaya perawatan(tajhiz), biaya2 perawatan bagi kerabat yang menjasi tnggungany, dan biaya perawatan yang lainya.
Batas pelaksanaan wasiat adalah dilaksanakan sepeninggal si pewasiat sejak itu si penerima wasiat sudahmemliki hak untuj memiliki harta wasiat. Maksimal 1/3 harta peninggalansetelah diambil biaya-biaya perawatan.
Washiyat wajibah yaitu wasiat kepada orang tertentu dalam kradaan tertentu, dikatakan wajibah (wajib ) karena: hilangnya ikhtiyar bagi si pemberi wasiat dan munculnya unsur kewajiban mellui per UU an atau surat keputusan tanpa tergantung  kerelaan orang yg berwasiat dan persetujuan si penerima wasiat.  Dan yang kedua ada lemiripanya dengan ketent uan laki2 2 kali lipat dri wanita.
Orng yang berhak mnd pat wasiat wajibah:cucu laki2 maupun prempuan yang orangtuanya mati mendahului kakek-neneknya. Dengan syarat dalam besarnya wasiat: cucu itu bukan termasuk orang yang berhak menerima pusaka, dan si ayah tidak mmbrikan kpadanay dgn jalan lain sebesar apa yg tlah dtentukan pdanya.
Pelaksanaan wasiat: melaksanakan wasiat- wajibah kemudian bru melaksnakan wasiat-wasiat lain yang ditentukan oleh UU bru kemudian dibagikan oleh ahli waris sesuai bagianya.
Pengurutan harta peninggalan:
1.    Didahulukan biaya perawatan daripada hutang
2.    Didahulukan pelunasan hutang dari pada pelaksanaan wasiyat
3.    Didahulukan wasiyat daripada mempusakakan harta peninggalan kpada ahli waris.
Syarat mempusakai:
1.    Matinya mawwaris
2.    Hidupnya warits
3.    Tidak adanya penghalang mempuskai
Penghalang mempusakai adalah:
1.    Perbudakan
2.    Pembunuhan
3.    Berlainan agama
4.    Berlainan negara
Sebab-sebab mempusakai:
1.    Perkawinan
2.    Kekerabatan
3.    Wala’
Garis kerabat dan penggolonganya:
1.    Furu’: anak turun dari si mati
2.    Ushul: leluhur yg menyebabkan adanya si mati
3.    Hawasyi: keluarga yang dihubungkan dengan si mati
4 golongan penerima saham-saham:
1.    Golongan kerabat yang mendapat bagian tertentu jumlahnya: 1/3, 1/2, ¼ dll (ashabul furudhin nasabiyah), ada 10 orang:
•    Ayah
•    Ibu
•    Kakek, ayahnya ayah
•    Nenek shohihah, ibunya ibu
•    Anak perempuan
•    Cucu perempuan dari laki-laki
•    Saudari kandung
•    Saudari tinggal ayah
•    Saudari tinggal ibu
•    Saudara tinggal ibu
2.    Golongan kerabat yang tidak memperoleh bagian tertentu:
•    jazul-maiyit: anak turun laki2 si  mati
•    ashlul mayit: leluhur asal si mati
•    jazul-ab: anak turun laki-laki ayah
•    juzul jadd: anak turun laki2 kakek
3.    golongan kerabat yang mendapat 2 macam bagian:faradh dan ‘ashbah
•    ayah
•    kakek shohih: ketika tidak ada ayah
4.    golongan kerabat yang tdak termasuk ashhabul furudh dan ‘ashobah disebut dzawil arham:
•    banyak.... berumpun
5.    macam2 furudhul muqoddaroh:
•    2/3 : 2 orang anak pr atau lebih, 2 cucu pr pancar lki2 atau lebih, 2 saudari sekandung atau lebih, 2 orang saudari seayah atau lebih
•    1/3:  ibu dan anak2 ibu baik lki2 maupun permpuan
•    1/6: ayah, ibu, kakek shahih, nenek shohibah, saudara seibu, cucu pr pancar laki2, saudari seayah
•    1/2 seorang anak permpuan, , seorang cu2 pr pancar lki2.  Suami, seorang saudari sekandung, seorang saudari seayah.
•    1/4: suami, istri
•    1/8: istri






Tidak ada komentar:

Posting Komentar