Selasa, 10 November 2015

Kesiapan Indonesia Bergabung TPP

Inisiatif pemerintah Indonesia untuk bergabung dalam pasar bebas pada hakikatnya bukan sesuatu yang salah. Tidak salah hanya pada hakikatnya, tapi ketika sudah dihadapkan pada konteks hal tersebut akan berbeda. Karena sesuatu yang normative dan empiris pada dasarnya merupakan sesuatu yang berbeda bahkan bertolak belakang, meskipun keduanya saling berhubungan dan memiliki ketergantungan satu dan lainya.
Indonesia yang merupakan negara berkembang dengan penduduk 2,5 juta jiwa harus menjadi pertimbangan pemerintah dalam setiap kebijakan yang diambilnya, terutama dalam urusan ekonomi, karena hal ini erat kaitanya dengan hak untuk hidup sejahtera. Sebagian besar rakyat Indonesia hidup dibawah garis kemiskinan, dan imbasnya sebagian besar dari mereka hanya merasakan imbas dari setiap kebijakan, dan keikutsertaan untuk mendapat keuntungan dari setiap kebijakan ekonomi terutama perdagangan bebas hampir tidak pernah dirasakan mereka. Tidak layak rasanya untuk menyalahkan pihak rakyat kecil, karena pada dasarnya pilihan hidup yang terbataslah yang membuat sedikitnya kepartisipasian dalam setiap liberalism perdagangan.
Ada unsur politik pastinya ketika Indonesia terus membuka diplomasi dalam berbagai bidang, utamanya dalam lingkup perekonomian, selama ini memang Indonesia lebih banyak melakukan kerjasama dengan Tiongkok, dengan bergabungnya Indonesia dalam TPP menunjukkan bahwa sejauh ini apa yang dilakukan Indonesia dalam segala kebijakanya adalah kebijakan yang netral tanpa keberpihakan terhadap siapapun, inisiatif diplomasi luar negri erat kaitanya dengan politik luar negri, politik Indonesia yang bebas aktif bukan berarti Indonesia tidak memiliki kewenangan untuk perlindungan terhadap negara bangsa Indonesia sendiri.
Selama ini free trade yang dilakukan Indonesia menunjukkan kesan dominasi sinyal negative, dimana saat ini perekonomian yang bisa terbantu dari free trade masih jauh dari harapan, memang bukan berarti adanya free trade itu salah karena bukti negara yang bisa survive dan merasakan efek positif dari free trade pun ada seperti India dan korea selatan. Asalakan suatu negara memiliki kemampuan, keoptimisan dan regulasi hukum yang bagus, Indonesia akan mampu untuk itu.
Namun, bicara kenyataan yang ada, Indonesia sangat lemah untuk hal tersebut, daya saing produk dalam negri kita masih jauh dari kata cukup. Belum lagi ditambah issue-issue politik yang terus mencuat kepermukaan menjadi salah satu sebab mengapa perekonomian kita terus stagnan. Hal ini menjadi salah satu alasan penting setiap keputusan Indonesia untuk membuka free trade kembali, telah banyak Indonesia telah bergabung tanpa hasil masksimal karena alasan-alasan disebut.

Alasan selanjutnya, dimana pioneer free trade tersebut adalah Amerika Serikat negara adidaya yang berkuasa dalam setiap keputusan harusnya menjadi pertimbangan lebih lanjut bagi Indonesia dalam keinginanya untuk bergabung dalam TPP. Alasan bahwa Indonesia harus optimis dalam setiap liberalism perdagangan bukanlah urusan mudah, karena alasan optimisme bukanlah alasan yang bisa terukur, dan tidak sebanding dengan efek yang akan disebabkan ketika Indonesia membuka free trade kembali dengan bergabung dengen TPP tanpa disertai keadaan kesiapan Indonesia untuk itu. Untuk itu, Pemerintah harus jeli melihat keadaan dan memikir ulang kembali untuk bergabung dengan TPP.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar